Fakultas Agama Islam dan Pendidikan Guru (FAIPG) Universitas Djuanda (UNIDA) menyelenggarakan Lokakarya bertema “Era Baru dalam Pengembangan Kurikulum Program Studi: Peluang dan Tantangan” pada Rabu (20/9/2023) secara daring melalui platform Zoom Cloud Meetings.
Lokakarya ini mengundang Guru Besar Bidang Pengembangan Kurikulum dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA, dan Sekretaris Jenderal Perkumpulan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (PPMPI) Dr. Zainal Arifin, M.S.I sebagai narasumber.
Rektor UNIDA Prof. Mohamad Ali Fulazzaky, Ph.D dalam sambutannya menyampaikan bahwa kurikulum berbasis Outcome Base Education (OBE) ini bergantung pada outcome dari pendidikan yang diterapkan dalam perguruan tinggi. Kurikulum penting untuk dikembangkan mengingat teknologi informasi terus berkembang dan sektor ekonomi berbasis pengetahuan yang terus meningkat.
Pada kesempatan yang sama, Dekan FAIPG UNIDA Dr. Zahra Khusnul Lathifah, M.Pd.I., M.C.E menuturkan bahwa agenda ini merupakan implementasi dari program akselerasi kurikulum pendidikan tinggi di FAIPG.
“Alhamdulillah, qadarullah, hari ini Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA bisa hadir bersama kita untuk memberikan pencerahan terkait pengembangan kurikulum program studi berbasis OBE yang sudah searah dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) serta Dr. Zainal Arifin, M.S.I yang akan menyampaikan secara spesifik kurikulum berbasis OBE terutama dalam Prodi MPI,” ungkapnya.
Sementara itu Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA dalam sesi pemaparan materi menyampaikan materi bertema "MBKM dalam Pengembangan Kurikulum Prodi Berbasis Outcome Based Education (OBE)".
Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA mengutip sebuah tulisan dari Alvin Toffler, “The Illiterate of the 21st Century will not be those who cannot read and write but those who cannot learn, unlearn and relearn".
“Ada 3 kelompok yang dimaksud oleh Alvin Toffler. Pertama, adalah mereka yang buta huruf, mereka yang cannot learn, karena mereka tidak memiliki guru, bahan dan benda yang mendukung pembelajaran. Kedua adalah unlearn, mereka yang tidak ingin belajar atau menutup diri untuk belajar. Ketiga adalah relearn, mereka yang tidak mampu belajar kembali atau menutup diri dari belajar karena merasa cukup, atau memiliki kesombongan karena intelektual atau akademik yang tinggi,” terangnya.
Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA kemudian menjelaskan, dosen adalah mereka yang belajar dan mengajarkan hal yang dipelajari kepada mahasiswa sebagai long life learners.
“MBKM menginginkan para mahasiswa untuk belajar dari berbagai sumber agar mendapat kompetensi yang diharapkan selain kompetensi pokok sebagai hasil pembelajaran sepanjang masa. Penekanana atau kata kunci MBKM di perguruan tinggi adalah OBE,” jelasnya.
Pada sesi pemaparan materi kedua, Dr. Zainal Arifin, M.S.I menyampaikan tema bertajuk “Penyusunan Instrumen Kurikulum OBE Terimplementasi MBKM”.
“Kurikulum perlu mengembangkan pelajaran mandiri, bentuk mandiri seperti problem listening dan project listening. Yang terpenting dari kurikulum S1 versi LAMDIK adalah bukti-bukti regulasi di tingkat internal yang akan diminta seperti penerapan MBKM dan visi program studi keilmuan juga perlu dibuat SK,” jelas Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.
Selanjutnya, Dr. Zainal Arifin, M.S.I menerangkan tentang kebijakan kurikulum, dukungan, dokumen dan kriteria lain yang dibutuhkan dalam penyusunan instrumen kurikulum OBE terimplementasi MBKM.
“Hubungan OBE dengan MBKM adalah OBE itu masuk dalam metode teaching and learning dan bisa digunakan dalam MBKM, sehingga mahasiswa bisa mengikuti kuliah di luar Prodi maupun di luar kampus. OBE diawali dengan gambaran jelas tentang kemampuan penting yang bisa dilakukan mahasiswa saat lulus,” ungkapnya.