Mahasiswa Kelompok 18 KKN Tematik Fakultas Agama Islam dan Pendidikan Guru (FAIPG) Universitas Djuanda (UNIDA) selenggarakan Workshop Pendidikan di Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

 Hal ini berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh Kelompok 18 KKN Tematik FAIPG UNIDA dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Dr. Rasmitadila, M.Pd.

“Fakta di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa staf guru di wilayah Desa Sukakarya yang belum mengerti pendidikan inklusif sehingga tidak dapat mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, para staf guru tersebut masih melakukan metode pembelajaran yang sama dengan anak pada umumnya,” ujar Uswah, perwakilan Kelompok 18 KKN Tematik FAIPG UNIDA di Desa Sukakarya, pada Jum’at (4/8/2023).

 Lebih lanjut Uswah menuturkan, tujuan diadakannya workshop pendidikan ini yaitu agar peserta workshop dapat memahami pentingnya inklusi dalam pendidikan, mempelajari strategi dan metode yang efektif untuk menghadapi keberagaman dalam kelas, serta meningkatkan kesadaran tentang kebutuhan dan hak-hak siswa dengan beragam kebutuhan pendidikan.

 Adapun target dari kegiatan workshop pendidikan ini diantaranya ialah untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang prinsip dan nilai-nilai inklusi dalam pendidikan, meningkatkan kemampuan peserta dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program inklusif di sekolah atau lembaga Pendidikan, hingga memberikan dukungan dan sumber daya untuk mengatasi tantangan dalam menerapkan pendekatan inklusif dalam pendidikan.

 “Dengan mencapai target-target tersebut, peserta diharapkan dapat menjadi lebih siap dan berkompeten dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberikan kesempatan belajar yang setara bagi semua siswa,” tuturnya.

 Kegiatan workshop pendidikan inklusif tersebut meliputi berbagai aktivitas kegiatan yang dilakukan, salah satunya melakukan presentasi yang mana Fasilitator menyampaikan materi tentang prinsip inklusi, kebutuhan pendidikan siswa dengan beragam kebutuhan, serta strategi pengajaran inklusif melalui presentasi.

 Kemudian, kegiatan workshop diakhiri dengan sesi evaluasi untuk mengukur keberhasilan dan mendapatkan umpan balik dari peserta mengenai kegiatan dan materi yang disampaikan.

“Kegiatan-kegiatan tersebut dirancang sedemikian rupa agar peserta dapat aktif berpartisipasi, berinteraksi, dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan inklusif,” ujarnya menambahkan.