Desa Cileungsi di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, merupakan sebuah desa yang memiliki luas wilayah 701, 219 Ha dengan luas sawah 160,309 Ha dan luas ladang serta kebun 87,380 Ha. Bersumber pada potensinya, Desa Cileungsi melakukan pemberdayaan kepada masyarakatnya dengan membentuk Kelompok Wanita Tani yang tersebar di beberapa wilayah.
Salah satu jenis tanaman yang ditanam ialah ubi cilembu yang memiliki banyak manfaat. Namun masyarakat masih mengolah ubi cilembu dengan cara direbus atau digoreng saja, sehingga tidak terlihat menarik, terutama bagi anak-anak sehingga banyak anak yang enggan untuk mengonsumsi ubi Cilembu.
Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan sebuah inovasi olahan makanan berbahan dasar ubi cilembu agar terlihat lebih menarik. Sehingga dibuatlah PULABI (Puding Fla Ubi) yang diinisiasi oleh Kelompok Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Fakultas Agama Islam dan Pendidikan Guru (FAIPG) Universitas Djuanda (UNIDA).
Sebagai upaya untuk engenalkan PULABI, Kelompok Mahasiswa KKN-T FAIPG UNIDA selenggarakan sosialisasi kepada warga Desa Cileungsi, tepatnya di Kampung Loji, pada Senin (21/08/2023).
Hasbiya Salsabila selaku Ketua Kelompok KKN-T menuturkan, kegiatan sosialisasi ini dilakukan untuk mengenalkan produk inovasi PULABI kepada masyarakat Kampung Loji Desa Cileungsi agar bisa membuat sendiri di rumah sebagai cemilan bergizi untuk anak dan dapat pula dijadikan sebagai ide usaha.
Hasbiya Salsabila mengatakan, kegiatan ini juga merupakan lanjutan dari seminar stunting yang pernah diselenggarakan pada Rabu (09/08/2023) di Aula Desa Cileungsi. PULABI menjadi salah satu olahan makanan yang menarik, lezat, murah, dan kaya akan manfaat terutama dalam mencegah stunting pada anak.
“Setelah proses penjaringan dan pemilihan ide serta beberapa kali percobaan, akhirnya kami berhasil membuat sebuah produk inovasi, yaitu PULABI. Alasan kami memilih untuk menggunakan ubi cilembu karena salah satu hasil KWT adalah ubi cilembu sehingga masyarakat Desa Cileungsi khususnya Kampung Loji dapat dengan mudah mendapatkan ubi ini. Kami berharap dengan adanya PULABI dapat dijadikan sebagai ide cemilan sehat dan bergizi untuk anak-anak,” tutur Hasbiya.
Sementara itu pada sesi pemaparan materi, Adinda Salwa Fajriati sebagai narasumber menjelaskan, di Desa Cileungsi kelompok wanita tani membudidayakan Ubi Cilembu sebagai hasil bumi. Oleh karenanya, kelompok KKN-T FAIPG UNIDA di Desa Cileungsi berinovasi dengan membuat PULABI (Pudding Fla Ubi) yang mana PULABI ini belum pernah dibuat oleh warga Desa Cileungsi.
“Kami terinspirasi dari makanan untuk pencegahan stunting. Sebagaimana yang kita tahu, pada saat ini rawan anak-anak terkena stunting, dan Ubi Cilembu menjadi salah satu pilihan makanan pencegah stunting, maka dari itu kami memilih pudding karena pasti banyak disukai oleh anak-anak, karena rasanya yang manis dan dapat disajikan secara dingin,” terangnya.
Lebih jauh pada kesempatan ini Adinda Salwa Fajriati memaparkan mengenai bagaimana cara pembuatan PULABI.
“Pembuatan PULABI ini kita hanya perlu menyiapkan Ubi Cilembu, agar-agar, air, susu bubuk, gula, tepung maizena dan pewarna makanan. Cara buatnya pun cukup mudah. Pertama kita rebus ubi hingga matang, kemudian kita haluskan ubi. Setelah itu masukkan ubi kedalam panci, campurkan dengan agar-agar, susu bubuk, gula, air dan pewarna makanan. Lalu kita masak di api sedang hingga mendidih, setelah itu bisa dicetak sesuai dengan keinginan kita,” paparnya.
“Untuk pembuatan Fla pun cukup mudah, kita hanya perlu menyiapkan susu kemudian kita panaskan diatas kompor, lalu beri gula sesuai selera, jika susu sudah mendidih campurkan larutan maizena aduk hingga mengental,” lanjutnya.
Salah satu peserta sosialisasi, Tuti, menyampaikan terima kasih kepada para mahasiswa yang telah membuka wawasan mengenai inovasi PULABI ini. Ia berharap dengan ragam olahan ubi cilembu yang menarik dapat lebih meningkatkan selera anak-anak untuk mau mengkonsumsi ubi sebagai bagian dari upaya mencegah stunting.
“Dengan adanya sosialisasi kita jadi tahu kalau ubi cilembu itu bukan hanya bisa direbus atau digoreng saja, tetapi bisa jadi olahan yang menarik. Produknya sangat bagus dan inovatif, jadi anak-anak merasa tertarik untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi karena tampilannya menarik,” ungkap Tuti.