Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Agama Islam dan Pendidikan Guru (FAIPG) Universitas Djuanda (UNIDA) bekerja sama dengan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Medan (UNIMED) selenggarakan Pendampingan Sekolah Dasar Inklusif dengan Pendekatan University-School Collaborative Partnership (USCP) yang dilaksanakan di Sumatera Utara pada Rabu sampai dengan Kamis, 26 – 27 Juli 2023.

 Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekonologi (Kemendikbudristek). Tim penelitian ini terdiri dari dosen yang berasal dari PGSD FAIPG UNIDA diantaranya Dr. Rasmitadila, M.Pd (Ketua), Megan Asri Humaira, S.Hum., M.Hum, Sobrul Laeli, S.Pd dan dari PGSD FIP UNIMED diantaranya yaitu Dr. Irsan, M.Pd., M.Si, Lala Jelita Ananda, S.Pd., M.Pd, dan Faisal, S.Pd., M.Pd.

 

Adapun untuk lokasi dari penelitian tersebut dilaksanakan di 3 tempat yaitu di SDN 107517 Sei Merah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, SDN 101877 Sei Merah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dan yang ketiga di SDN 104252 Sei Tuan, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

 

Pendidikan inklusif sendiri merupakan sistem layanan pendidikan yang mengatur agar siswa dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Tanpa harus dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama aksesbilitas yang mendukung untuk semua siswa tanpa terkecuali difabel.

 

Kewajiban menyelenggarakan pendidikan inklusif bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah. Tetapi juga Universitas yang mencetak calon guru inkkusif yang ikut andil dalam kesuksesan penyelenggaran pendidikan inklusif di SD.

Kolaborasi dan hubungan antara Universitas dengan sekolah merupakan kelanjutan program pengembangan calon guru inklusif agar mereka memiliki kompetensi yang berkualitas melalui program-program pelatihan yang bermutu. Tetapi dalam pelaksanaannya, masih banyak sekolah dasar yang belum menjadi sekolah inklusif (tapi menerima siswa berkebutuhan khusus), maupun sebagai model sekolah inklusif sulit melaksanakan pendidikan inklusif sesuai dengan kebijakan pemerintah.

 

Ketua Tim Penelitian Dr. Rasmitadila, M.Pd menuturkan bahwasanya hasil studi pendahuluan dan penelitian sebelumnya terdapat beberapa masalah menyangkut pelaksanaan pendidikan inklusif di SD, yaitu tidak mendapatkan pendampingan dari pemerintah dalam melaksanakan program pendidikan inklusif. Selain itu, guru jarang mendapatkan pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi sebagai guru inklusif walaupun latar belakang guru dari universitas pendidikan guru. Kemudian, sekolah belum memiliki kolaborasi dengan pihak lain, seperti dengan universitas, LSM, maupun psikolog dalam menunjang pelaksanaan pendidikan inklusif.

 "Sekolah merasa semua kewajiban pendidikan inklusif hanya dibebankan kepada sekolah sendiri. Masalah lainnya yaitu terjadinya kesenjangan antara teori dan praktek yang didapatkan oleh calon guru inklusif di universitas (keguruan) ketika harus mengajar di SD inklusif," tuturnya.

 Dr. Rasmitadila, M.Pd menambahkan, sekolah pun belum memiliki sarana dan prasarana, maupun ketersediaan unit yang dapat membantu guru dalam memecahkan persoalan di kelas inklusif, baik terkait dengan kurikulum, perilaku siswa maupun penilaian. Karenanya penelitian lanjutan ini untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi Sekolah Dasar dalam pengimplementasian Sekolah Dasar Inklusif.

 "Harapan dari penelitian ini yaitu guru-guru dapat dapat memahami karakteristik siswa dengan kebutuhan khusus (ABK), kepala sekolah dan guru dapat melaksanakan identifikasi secara mandiri kepada semua siswa sehingga dapat mengetahui kecenderungan siswa dengan kebutuhan khusus (ABK), kolaborasi atau kerjasama antara Universitas dan sekolah dasar inklusif dapat terus terjalin dalam memajukan pendidikan inklusif, serta kegiatan pendampingan dapat terus dilakukan oleh Universitas kepada sekolah dasar inklusif secara kontinyu dengan materi inklusif lainnya," jelasnya.